Selamat datang dalam blog LUNTANG-LANTUNG. Kelompok kami beranggotakan 7 mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, yakni Sintia Astarina, Fellycia Stevie, Merry, Herlina, Servulus Armando, Felix Anthoni, dan Marshall Sautlan :) Blog ini kami buat atas permintaan dosen Bahasa Indonesia kami, Bu Niknik M. Kuntarto, guna mem-posting tugas-tugas kami. Semoga bermanfaat Just go follow this blog and drop your comments on our posting. God bless you, guys! ♥♥♥

Minggu, 30 Oktober 2011

Marshall dan Tingkah Lucunya

Namanya Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang. Kami biasa memanggilnya dengan sebutan Marshall. Ia adalah ketua kelas Ilkom B dan merupakan salah satu anggota dari Luntang-latung. Foto-foto di bawah ini merupakan aksi dan tingkah lucu Marshall saat pembelajaran berlangsung.






Kamis, 27 Oktober 2011

Pertemuan Ke-6: Kami Suka Menulis

       Mata kuliah bahasa Indonesia sudah sampai pada pertemuan ke-6. Nggak kerasa banget kalau satu setengah bulan telah lewat dan begitu banyak ilmu serta materi yang diserap.pada pertemuan kali ini, kami belajar mengenai Kesantunan Paragraf. Kami belajar mengenai perbedaan kata penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan dua atau lebih kelompok kata agar maknanya berkaitan.

Ada 2 jenis kata penghubung, yaitu :
1. Kata penghubung intrakalimat (antarklausa): kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak.

Contoh:
... sehingga...
... karena ...
Jika ... , ...
... , ... sedangkan ...
dll.

Contoh kalimat:
a. Mando bangun kesiangan sehingga ia terlambat sampai kampus.
b. Herlina anak yang pintar, tetapi kurang teliti dalam bekerja.

2. Kata Penghubung Antarkalimat: kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

Contoh:
Selanjutnya, ....
Kemudian, ....
Namun, ....
dll.

Contoh kalimat:
a. Merry sedang sakit flu. Namun, ia tetap beraktivitas seperti biasa.
b. Bu Niknik tidak menghiraukan teriakan ibunya. Sebaliknya, dia malah asyik bermain.

Di samping itu, materi lainnya yang diberikan oleh Bu Niknik adalah
1. dalam menulis sebuah artikel, kitabisa mengawalinya dengan kalimat tanya, kalimta langsung, kata-kata mutiara, peribahasa, puisi, dan cerita. Ini bertujuan gna membuat pembaca lebih tertarik dan penasaran dengan apa yang mau kita tulis;
2. prinsip kalimat: kompilasi (menggabungkan dua kalimat), variasi (ada kalimat seru, pendek, tanya, dan panjang), seni urutan samping, dan seni idiomatik.

Pada pertemuan kali ini juga kami diberi tugas untuk mewawancarai teman kami. Masing-masing anak mewawancarai anak yang lain. Kemudian, hasil wawancara tersebut dirangkum dalam bentuk artikel dan seluruh artikel dari teman sekelas akan dijilid menjadi satu.
Kami, kelompok Luntang-lantung akan mewawancarai kelompok Gadis-gadis. Sintia mewawancarai Natalia, Felly mewawancarai Felicia Canessa, Merry mewawancarai Vacilia, Herlina mewawancarai Monic, Felix mewawancarai Felicia Monica, Marshall mewawancarai Vira, dan Mando mewawancarai Hening. Tugas ini harus dikumpulkan minggu depan pada 3 November 2011. (Ayo, Luntang-lantung, jangan lupa mengerjakan tugasnya dan di-posting ke blog, ya!)
Setelah tugas dan materi diberikan, kami pun diberi tugas yang harus dikerjakan di kampus. Tugasnya adalah membuat suatu karangan atau artikel dari gambar-gambar yang diberikan oleh Bu Niknik.
Namanya juga Luntang-lantung, serius nggak serius tetap mengerjakan tugas. Pertama, kami menyusun ke-10 gambar dengan urutan yang sesuai, lalu dilanjutkan dengan membuat cerita pendek.
Pada awalnya, kami mengalami kesulitan dalam mengawali suatu paragraf agar menarik. Begitu banyak ide dalam kepala personil Luntang-lantung. Akhirnya, semua ide dikumpulkan menjadi satu dan dirangkum membentuk paragraf padu yang mewakili gambar tersebut.
Setelah selesai, dikumpul, dan Bu Niknik memeriksa hasil kerjaan kami, tiba-tiba dosen kami yang cantik itu memanggil salah satu personil dari Luntang-lantung yaitu Sintia. Bu Niknik berpendapat bahwa cerita pendek yang ditulis sangat mengalir (alur) daaaann...... nggak ada kesalahan, dong pastinya! Cihuuuyy!!!
Yeaaayy! Tepuk tangan yang meriah untuk Luntang-lantung. Satu bintang lagi kami raih. Puji Tuhan! Ayo, Luntang-lantung, lebih semangat lagi, ya! Berikan kontribusi kalian untuk kelompok dan kelas. Jangan diam-diam sajaaa. Lama-lama depak juga, nih dari Luntang-lantung! Hahahahaaa. Becanda, deehh.


Luntang-lantung, wola-wola-wolaaaa!!!



Sumber materi: 
Kuntarto, Niknik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
 http://turalakpujingkai-ciamis.blogspot.com/2010/04/kata-penghubung.html

Luntang-lantung Memang Paling Beda!

Apakah teman-teman merasa heran dengan yel-yel Luntang-lantung?

Ya, kami sendiri pun heran dan sama sekali tak mengerti. Entah terlalu kreatif atau otak kami sedang buntung, yel-yel kami pada setiap pertemuan selalu berbeda. Ya, berbeda. Itu semua karena kami memang lain daripada yang lain.

Inilah beberapa yel-yel yang pernah kami kumandangkan di kelas. Harap maklum, otak kami memang geser kadang-kadang.

1. Kami dari Luntang-lantung. Luntang-lantuuung?! Kami untung, situ buntung!

2. Kami dari Luntang-lantung. Luntang-lantuuung?! Wulak, uuh, yeaah!

3. Kami dari Luntang-lantung. Luntang-lantuuung?! Wola, wola, wola!!!

Entah ada berapa yel-yel lagi yang akan kami persembahkan untuk dosen kami tersayang, Bu Niknik dan teman-teman sekalian. Yel-yel kami banyak. Kami berbeda. Ya, kmi memang berbeda. Hidup Luntang-lantung!

Selasa, 25 Oktober 2011

Mando dan Fashion Disaster

Untuk memeriahkan performance yang nantinya akan ditampilkan oleh Teater Katak, salah satu UKM yang terdapat di Universitas Multimedia Nusantara, beberapa waktu silam diadakanlah sebuah acara yang bernama Fashion Disaster. Acara ini berisi mahasiswa/i dengan pakaiannya yang serba aneh! Pokoknya, benar-benar bencana dalam fashion. Salah satu anggota Luntang-lantung, yaitu Mando turut memeriahkan acara ini.





Topi, banu batik, pelampung untuk renang, celana pendek warna hijau, celana panjang pink, dan sepatu putih! Wuihhh, seberapa besar, ya bencana yang ditimbulkan oleh Mando? Hehehehe. Ngomong-ngomong, seru banget, yaaaaa :D

Jumat, 21 Oktober 2011

Bolos


Eeaaaaa... Fotonya siapa, ya yang kurang? Luntang-lantung kehilangan satu personilnya, nih pada pertemuan ke-5 kemarin. Katanya, sih kabur gara-gara nggak bawa foto. Hahahaha. Eeaaaa :DD

Kamis, 20 Oktober 2011

Pertemuan Ke-5: Mari Belajar Kesantunan Kalimat

Pertemuan ke-5 ini, kami membahas mater tentang Kesantunan Kalimat. Nah, sebagai mahkluk sosial, tentu saja manusia akan berkomunikasi. Akan tetapi, tahukah kita bagaimana kalimat yang santun? Ada 5 prinsip yang bisa diterapkan dalam penulisan sebuah kalimat agar kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai kalimat santun.

1. Kehematan
Gagasan yang tercantum dalam sebuah kalimat sering kali tidak tersampaikan karena penggunaan kata yang boros. Maka dari itu, suatu kalimat harus disusun dengan memerhatikan prinsip kehematan.

Contoh:
Sesudah Sintia membicarakan transmisi nilai, ia menjelaskan pendidikan moral melalui pendekatan kenetralan nilai.
Sesudah membicarakan transmisi nilai, Sintia menjelaskan pendidikan moral melalui pendekatan kenetralan nilai.

2. Kecermatan
Dalam menggunakan diksi, kita harus menggunakan prinsip kecermatan.

Contoh:
Kendati revaluasi yuan hanya 2,1%, tetapi Marshall Sautlan optimis dampaknya terhadap kurs rupiah, tidak hanya sementara, melainkan bakal terus berlanjut.

 Kendati revaluasi yuan hanya 2,1%, Marshall Sautlan dampaknya terhadap kurs rupiah, tidak hanya sementara, tetapi bakal terus berlanjut.

3. Kesejajaran
Agar kalimat yang kita buat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat begitu diperlukan. Kesejajaran dalam penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang berparalel.

Contoh:
Selama dua minggu para ahli di bidang kesepakatan energi akan mengadakan seminar di pusat pembinaan dan latihan energi.

Selama dua minggu para ahli di bidang kesepakatan energi akan mengadakan seminar di pusat pembinaan dan pelatihan energi.

4. Keharmonisan
Keharmonisan dalam kalimat berarti setiap klaimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan strultur bahasa; mengandung satu subjek dan satu predikat. Keterangan bisa lebih dari satu.

Contoh:
Seorang ahli teknologi informasi bertugas menyimpulkan data, menganalisis data, dan data dikumpulkan.

Seorang ahli teknologi informasi bertugas menganalisis, menyimpulkan, dan mengumpulkan data.

5. Kelogisan
Kelogisan berhubungan dengan bernalar atau tidaknya sebuah kalimat. Ketidaklogisan bisa terjadi karena isi atau struktur kalimat yang dibangun.

Contoh:
Kepada Prof. Felix Anthoni, Rektor Universitas Luntang-lantung Nusantara harap naik ke atas panggung, waktu dan tempat kami persilakan.

Prof. Felix Anthoni, Rektor Universitas Luntang-lantung Nusantara dipersilakan naik ke atas panggung.

Nah, itulah materi yang disampaikan pada pertemuan Ke-5 Kamis ini. Tentu semakin hari ilmu kami semakin bertambah. Oh ya, seperti biasa, Kuis Bintang-bintang selalu menjadi pemacu semangat kami untuk lebih dan lebih. Tidak sia-sia, semua mahasiswa pun mendapat satu bintang karena berhasil mengerjakan tugas dari Bu Niknik.

Meskipun kelompok Luntang-lantung menjadi kelompok terakhir (lagi) yang keluar ruangan, tapi kami begitu bersyukur karena kami bisa sama-sama belajar bahasa Indonesia dan bisa mendapatakan 1 bintang. Selamat untuk semuanya.

Luntang-lantung sedang serius mengerjakan soal-soal dari buku cetak

Sumber materi: Kuntarto, Niknik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.